Feel Enough


Namaku Clara. Hari ini adalah hari Sabtu. Corona membuatku harus berdiam di rumah. Tak ada seorangpun yang boleh keluar rumah. Seluruh tempat hiburan di tutup. Mall di tutup. Fasilitas umum di batasi kunjungannya. Covid-19 mengintai kami dari berbagai penjuru, makhluk super small yang dapat membuat hawa tubuh kami mendadak berubah menjadi 38 derajat.
Tapi aku sedang tidak ingin membahas corona hari ini, biarlah itu menjadi bagian dari media saja. Pagi ini ketika seluruh pekerjaan rumahku selesai, aku ingin menonton film-film yang belum sempat aku tonton di bioskop. Aku ingin waktu berdiam di rumah menjadi waktu yang bermanfaat bagiku. Tanpa keluar rumah aku bisa melakukan banyak hal. Menonton, menulis, memasak, olahraga, mendengarkan musik. Segalanya pasti sangat menyenangkan. Toh nyatanya semua memang bisa aku lakukan di rumah. Jadi tidak ada alasan untuk merasa bosan dan uring-uringan. Aku akan menikmati hari ini dengan segelas coklat kesukaanku, sebuah buku di siang hari dengan alunan musik clasic dari speaker, dan beberapa judul film dalam sebuah laptop dimalam hari. Bukankah itu terdengar sempurna.
 Oia, aku ingin mengatakan sesuatu. Semalam aku chat dengan Rendra gebetanku, dia pria terbaik yang pernah aku kenal. Kami memang dekat, tapi bukan pacar. Entahlah. Tapi aku begitu menikmatinya. Mereka bilang Rendra fakboy, tapi aku tidak setuju. Dia hanya baik, pada semua wanita. Tapi kami terlalu lemah dan jatuh hati padanya.
Semalam kami ngobrol sampai larut malam, dan kau tau? Pagi ini pesan pertama yang aku terima adalah ucapan selamat pagi darinya. Hmmm… kalian pasti tau bagaimana perasaanku pagi ini. BERBUNGA-BUNGA.
Aku mulai membaca buku, satu-dua lembar aku mulai merasa mengantuk, mengalihkan perhatianku ke Instagram. Wah rupanya ada ig story Rendra. Tanpa berpikir lama seperti biasa aku langsung membukanya. Hmmm, beberapa memperlihatkan kesibukannya menyiapkan sarapan sendiri. Beberapa lainnya tentang perkuliahan. Sepertinya dia sedang banyak tugas. Sedikit pesan singkat ku kirim “SEMANGAT” tidak berapa lama dia membalasnya, dan kami terlibat obrolan ringan basa basi hanya sekitar 10 menit. Lalu dia kembali menghilang.
Malam hari, selepas makan malam, aku mulai membuka laptop memilih judul film yang akan aku tonton. Aku menemukan sebuah drama komedi, sepertinya ini menyenangkan. Aku mulai memainkan film streaming, dan tidak lupa mengecek handphone sebelumnya, Ternyata tak ada pesan dari Rendra, ya aku memang hanya menunggu pesan darinya, bukan yang lain.
Film semakin seru di 30 menit kemudian, tiba-tiba sebuah notifikasi masuk dan betapa bahagianya saat yang muncul adalah namanya. Aku tidak tahan untuk segera membukanya, terpaksa aku menghentikan film karena ini jauh lebih penting bukan 😊
***
Hmmm… seperti malam sebelumnya, kami chat hingga larut malam. Tapi pagi ini tidak seperti kemarin pagi, sudah hampir pukul 10.00 tapi tak ada satupun ucapan selamat pagi. Beberapa kali ku cek Instagram, tak ada satupun ig story miliknya. Aku berpikir untuk mulai mengirim pesan terlebih dahulu, tapi ku urungkan. Aku takut dia sedang sibuk.
Waktu berjalan, tidak seperti kemarin, pagi ini rasanya untuk membuka sebuah halaman buku saja aku butuh kekuatan besar. Moodku rusak. Coklat hangat tidak membantu sedikitpun. Seluruh musik yang kemarin terdengar menenangkan, malah jadi gaduh. Secepat ini kah rasa patah hati itu datang?
Pukul 14.30, setelah berjam-jam menggenggam handphone. Keluar masuk Instagram, whatsapp. Akhirnya pict profile Rendra muncul dengan lingkaran merah pada deretan paling kiri setelah profileku. Dengan menarik nafas panjang aku mengklik layar handphone dan yah. AKU SEMAKIN PATAH HATI. Ternyata dia sedang Bersama seorang wanita, bukan baru sekali ini aku melihat wanita ini. Dia bukan pacar Rendra, dia hanya teman dekatnya yang lain yang kebetulan sekelas dengannya di kampus. Hancur sudah hari mingguku. Kututup layar handphone. Ku letakkan di bawa bantal. Lalu aku berusaha keras memejamkan mata untuk tidur siang. Semoga aku bisa terlelap dan bangun dalam keadaaan sudah tidak sesakit ini lagi.
***
 Mengapa Tuhan menghadirkan Corona? Mungkin karna Allah ingin mencabut sebuah kenikmatan dalam diri kita, agar kita dapat menghargai kenikmatan lain yang lebih dulu ada. Rendra adalah sebuah kenikmatan yang Allah berikan dalam bentuk perasaan. Tapi, seorang teman mengatakan padaku “Perasaan memang tidak dapat di cegah. Tapi dapat di kontrol. Itu Namanya menahan hawa nafsu.” Yups. Itulah yang aku rasakan.
Tanpa Rendra nyatanya aku bisa menikmati hidup dengan sangat baik, tapi ketika dia datang, aku mulai merasakan satu bentuk kenikmatan lain. Dan ketika kenikmatan itu pergi aku mulai merasa kehilangan gairah, seolah perasaan bahagia karenanya adalah satu-satunya kenikmatan yang aku punya. Padahal tidak. Kita hanya butuh terbiasa dengan keadaan, naluriah memang kalau kita memilih hal yang paling menyenangkan untuk kita nikmati. Namun bukan berarti kita harus melupakan kenikmatan lainnya. Lakukan segala sesuatu sewajarnya. Bahagia sewajarnya, mencintai sewajarnya. Jadi ketika kelak apa yang harus pergi itu tak lagi ada, kita tidak akan merasa kehilangan apapun. Atau setidaknya merasa sedikit kehilangan saja, tanpa berlebihan. Seseorang kaya bukan dari seberapa banyak yang ia miliki, tapi seberapa besar kita merasa cukup dengan apa yang kita miliki. Bersyukur pasti lebih baik.

Balikpapan, 11 April 2020
-PluviLyu-


0 komentar