BUKU: IBRAHIM Manusia Paling Mesra dengan Tuhannya
Karya: Ust. Salim A. Fillah
Episode 1: Sang Hanif dan Ayahnya
Dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim bukanlah bangsa Arab, melainkan bangsa Semit, keturunan Sam Bin Nuh, yang hidup di zaman lebih awal dibandingkan dengan bangsa Arab. Sementara itu, Nabi Ismail, putra Nabi Ibrahim dan Hajar, berasal dari Mesir. Rasulullah, yang merupakan keturunan Nabi Ibrahim dari suku Quraisy, adalah Arab Musta’ribah—mendapatkan darah Arab dari garis ibunya, yaitu istri Nabi Ismail yang berasal dari bangsa Jurhum.
Nabi Ibrahim dikaruniai oleh Allah kesadaran akan fitrahnya—fitrah Tauhid dan fitrah Islam—dalam bentuk Mu’ahadah, perjanjian antara dirinya dengan Allah, serta jalan yang lurus. Sejak kecil, beliau sudah memahami hakikat kehidupannya sebagai seorang hamba yang hanya menyembah kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an, disebutkan bahwa ayah beliau adalah Azar. Azar ini memiliki dua pemahaman. Ibnu Abbas RA, yang dikutip oleh Imam Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’an al-Azhim, meriwayatkan bahwa Azar adalah gelar bagi Tarikh, ayahanda Nabi Ibrahim. Namun, pendapat lain yang menarik datang dari Imam as-Suyuthi dan beberapa ulama lainnya, yang menyatakan bahwa Azar bukanlah ayah kandung Ibrahim, melainkan pamannya yang mengasuhnya sejak kecil setelah Tarikh meninggal ketika Ibrahim masih balita.
Dalam surah Maryam ayat 42-48, terdapat dialog antara Nabi Ibrahim dan ayahnya, di mana beliau menasehati ayahnya untuk meninggalkan berhala dan menyembah Allah. Namun, ayahnya malah mengusir Ibrahim. Meski demikian, Nabi Ibrahim tetap mendoakan kebaikan untuk ayahnya. Sayangnya, sampai akhir hayat, sebagaimana paman Rasulullah, ayah Nabi Ibrahim juga meninggal dalam keadaan kafir, sehingga keduanya masuk ke dalam Neraka. Betapa pun sedihnya mereka karena tidak dapat membantu orang yang mereka cintai untuk masuk ke Surga, Allah telah menyampaikan bahwa hidayah adalah mutlak hak Allah. Hanya Allah yang berhak memberikan hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki.
0 komentar