Catatan Selepas Hujan
  • Perjalanan
  • Cerpen
  • Prosa/Puisi
  • Journal
  • Books and Movies
  • Ruang Makna




Before The Coffee Gets Cold

Sebuah kafe tua yang terletak di sebuah gang kecil di Tokyo mampu membuat pengunjungnya menjelajahi waktu. Bukan hanya kembali ke masa lalu, tetapi juga ke masa depan. Namun, kesempatan untuk kembali ke masa lalu bukanlah hal yang mudah. Ada banyak peraturan yang harus dipatuhi. 

Kursi kosong yang diduduki oleh seorang perempuan bergaun putih adalah kursi untuk kembali ke masa lalu. Wanita bergaun putih itu hanya pergi sekali sehari untuk meninggalkan mejanya, dan ia akan marah jika dipaksa untuk beranjak. Kopi yang harus diminum sebelum dingin, karena jika tidak, kau tak akan pernah bisa kembali ke masa kini, terkurung dalam dimensi waktu.

Adakah yang bisa berubah saat kita kembali ke masa lalu? Sayangnya, tidak. Namun, untuk apa? Fumiko tetap kembali ke masa lalu untuk menemui tunangannya yang kini meninggalkannya dan pergi ke Amerika. Kotake kembali demi membaca surat dari suaminya yang kini menderita Alzheimer. Sementara itu, seorang ibu memutuskan untuk pergi ke masa depan demi melihat putrinya, yang selama ini tak sempat ia kenali.

Novel karya Toshikazu Khawaguci ini sangat menarik untuk disimak. Buku yang ringan namun penuh makna ini bisa jadi teman dalam perjalanan. Latar kota Tokyo dan karakter unik dari para tokohnya membuat saya merasa benar-benar mengunjungi coffee shop bawah tanah tersebut. Jadi, jika kamu bisa kembali ke masa lalu, ke mana kamu akan pergi?


@Pluvilyu |Balikpapan, 31 Agustus 2024



 




Freedom Writers (2007) adalah film drama Amerika yang berlatar belakang Freedom Writers Diary para siswa siswi yang merupakan murid Erin Gruwell dalam pelajaran Bahasa Inggris. Ms. G sapaan akrab nya diperankan oleh Hillary Swank.
Awalnya merasa frustasi ditempatkan di sebuah kelas anak-anak nakal yang berisi hampir seluruh anggota gangster dari ras kulit hitam maupun kulit putih. Namun niat dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik sangatlah kuat, dia mencari berbagai cara untuk mengambil hati mereka.





Berbagai kesulitan di lalui dalam upayanya mengembalikan minat belajar dan membaca para siswa. Ditambah lagi dukungan dari sekolah yang tidak didapatkan sama sekali, sang guru terpaksa mengambil dua pekerjaan sampingan demi mendapatkan uang untuk menunjang usahanya. 
Namun akhirnya malah mengancam hubungan romantisnya. 

Ayahnya yang sejak awal meragukan profesinya sebagai seorang guru turut berpengaruh dalam pergulatan mental Ms G. Secara keseluruhan film ini mengalir dan penuh makna. Mengungkap background keluarga para siswa melalui Freedom Writers Diary. Namun apakah Ms. G akhirnya mampu mengambil hati para remaja gangster tersebut? Yuk saksikan langsung kisahnya. Dijamin ngalir dan bikin baper lho.

Balikpapan | 12 April 2020


https://id.pinterest.com/pin/5770305766328165/


Tidak mengapa melakukan kesalahan. Nyatanya aku tumbuh dari banyak kegagalan yang berusaha untuk bangkit. 

Setiap pagi aku berbincang dengan semesta. Langit pagi adalah bagian paling meneduhkan. Namun aku lebih banyak menengok kebelakang. 

Kupikir memungut penyesalan bisa memperbaiki kesalahan. Nyatanya jam terlalu buru-buru untuk sekedar menunggu aku meminta maaf. 

Tidak mengapa untuk tidak baik-baik saja. Kamu tidak harus berjalan dengan kuat setiap harinya. Sesekali berjalan perlahan agar kau dapat lebih menikmati pijarmu. 

Tidak mengapa merasa di abaikan. Sebab tidak semua keberhasilan lahir dari hal-hal yang menjadi pusat perhatian. Banyak karya lahir dari kamar gelap atau perut lapar para penyihir kata-kata.


Kau hanya tidak boleh menyerah. Itu saja !!! 


Balikpapan | 12 April 2020


https://id.pinterest.com/pin/358599189096527498/


Perjalanan ini memang semakin melelahkan, tapi kumohon jangan menyerah.

Memang tidak semua senyum adalah bahagia, sebagian hanyalah pura-pura. Tapi biarlah tetap seperti itu.

Langkah ini belum boleh berhenti. Memulai dari awal bukan berarti salah. Sesuatu yang berharga memang tidak di dapat dengan mudah. Hal yang tepat memang tidak di hadirkan di paragraf pertama. 

Peluk dirimu dan lepaskan semua keluh itu. Menangislah bila itu membuatmu merasa lebih baik. Tapi kumohon jangan menyerah. 

Berjalan sendirian bukan hal yang hina. Suatu hari kita akan sampai dan dikumpulkan dengan nyawa yang sama arahnya. 

Bersyukur dan bersabar memang selalu lebih baik. 


 

https://id.pinterest.com/pin/583919907969257682/



Apakah kita mulai kecewa kepada kehidupan? 

Kepada pencapaian yang tidak kunjung hadir, karena langkah yang tak pernah kemana-mana.

Kata-kata saling bertaut hanya membentuk keluh kesah. Tanpa pernah berarti apa-apa.

Apakah akhirnya kita terbangun dari sebuah lengah yang panjang. Mendapati diri penuh lelah, tapi langkahnya hanya itu-itu saja. Atau sejak awal kita memang tidak pernah menentukan arah, sehingga berpijak hanya sebatas rutinitas.

Mendapati waktu berputar dan kita tertinggal jauh dalam pikiran yang tak pernah usai memutuskan langkah.

Apakah esok kita masih ingin terbangun dengan penyesalan yang sama?



https://id.pinterest.com/pin/5911043259815678/


Beberapa rasa memang hanya butuh terbiasa

Pernah kah kau menggengam begitu erat sebuah perasaan. Meyakininya bahwa kau akan membawanya sampai akhir. Bahwa kau tidak akan pernah bisa mencintai lagi selain dia.

Aku pernah. 

Sampai pada titik dimana aku sadar, bahwa ternyata itu tidak lebih dari rasa keras kepalaku untuk memiliki apa yang aku mau. Aku terlalu sibuk dengan angan-anganku sendiri. Membangun cerita berliku dengan ending bahagia. Bahwa ketika aku bersabar untuk menunggumu, suatu hari kau pasti akan datang. Kau pasti akan sampai kepadaku.

Ternyata aku salah. Kau tidak akan pernah tiba. Dan aku tidak akan pernah sampai padamu. Tuhan menentukan titik berbeda untuk kita. Peta takdir memang mempertemukan kita. 

Tapi hanya sebatas itu saja.

Beberapa rasa memang hanya perlu terbiasa. Beberapa lainnya harus dipaksa menyerah. Dan tentangmu, aku melakukan keduanya. Menyerah pada takdir dan terbiasa tanpamu. 


https://id.pinterest.com/pin/68747592189/


Hari ini aku menukar dua gelas caffè latte untuk sebuah pemahaman yang bijak. Bahwa masing-masing manusia sudah diutus semesta untuk memeluk lukanya masing-masing. Tidak ada yang lebih sakit atau lebih mudah, sebab semua telah dikemas sesuai takaran kesanggupannya. 

Menangislah saat kamu memang tak sanggup lagi. Tertawalah sampai perutmu sakit tanpa mengosongkan apa pun dalam dirimu. Katakan apa yang ingin kamu katakan selama itu bukan tentang hinaan atau cemoohan kepada orang lain. Simpan yang menurutmu lebih bijak untuk tak dibagi. 

Berjalanlah sejauh yang kamu mampu. Dan cintailah dengan tulus dan apa adanya. Tidak ada manusia yang sempurna. Tidak ada hubungan yang benar-benar baik-baik saja. Setiap kepala menyimpan pemahaman, setiap hati melahirkan perasaan. 

Percayalah bahwa tak ada manusia yang berusaha menyakiti manusia lainnya. Kita hanyalah anak-anak takdir yang sedang menjalani kisah kita masing-masing. Bila saat ini kamu terluka, bukan berarti ada yang sedang melukai. Hatimu hanya sedang diuji. Inilah hidup. 

Ketika kau bisa marah, berarti kau mampu untuk reda. Ketika kau mampu bersedih, berarti kau dipersiapkan untuk bahagia. Ketika kamu patah hati, jatuh cintalah lagi esok hari. Allah melihat kita dari jarak paling dekat yang tak pernah kita perkirakan sebelumnya. 


Aku menghitung senja

Dan pesawat yang berkali-kali terbang di udara

Burung-burung kecil yang mengolok-olok rindu

Nyanyian sunyi yang paling nyaring di kepala


Aku suka mengingat-ingat tawamu

Perihal yang tak pernah gagal membuatku tersenyum

Asal kau bahagia, aku juga


Aku menyimpan banyak gambar langit di balik layar handphone

Akumulasi rindu yang memanggilmu kembali

Lampu-lampu pesawat terbang yang mengantar matahari pulang, serupa ucapan selamat jalan yang memintamu tetap tinggal

Aku ingin kamu sekali lagi

Di tepi pantai, tempat kita bercerita

Aku ingin menatapmu lagi

Dengan banyak tawa yang membuatku lupa bahwa aku tengah berduka

Apakah kau bahagia yang dikirim semesta setelah banyak lelah,

Aku rasa iya!


Balikpapan | 13 Juni 2024

https://id.pinterest.com/pin/68746088701/

“Ada saat di mana kamu kangen dan ingin menghubungiku, dan aku merasa itu bukan hal yang penting lagi.” -Boy Candra- #2019gantistatus #jadijomblo

* * *

“Kenapa lo, patah hati?”
“Iya nih… kacau gue.” Ucap Genta sambil memperbaiki posisi sandaran punggungnya.
“Hadeh, lo tuh ya nggak kelihatan pacarannya tau-tau patah hati.”
“Hubungan kan bukan buat diumbarkan-umbarkan, Sil.”
“Terus, patah hati memang buat diumbarkan?”
“Ya, kagak sih. Habis gue bingung.”
“Memang pacar lo kenapa, Ta?”
“Tau lah, dia marah. Gue udah jelasin bolak-balik, minta maaf. Eh, sekarang malah diblok.”
“Ya udah, lo sabar aja. Dia cuma butuh waktu kali. Ntar juga kalau kangen, dia bakalan hubungin lo lagi.”
“Semoga.”
“Lo sendiri, nggak capek apa jomblo?”
“Yee, kenapa jadi bahas kejombloan gue lo.”
“Ya habis, tulisan-tulisan lo itu ngalah-ngalahin patah hati, tau nggak sih.”


Jleb


“Udah ah, gue cabut.”
“Nah kan, kabur.”


Aku berjalan tersenyum tanpa berbalik lagi. Entahlah, sampai saat ini aku tidak juga cukup mampu menguasai percakapan semacam ini. Menahan degup yang tak beraturan. Speechless dan nggak tahu harus menjawab apa.

“Tau nggak, Ta, ada perasaan yang jauh lebih nyakitin dari patah hati. Yaitu mencintai tapi tak berani memiliki, sayang tapi tak berani mengungkapkan. Lo cuma bisa ngomong sama kertas, dengan barisan kata-kata yang hanya berani mendarat dalam sebuah tulisan.”



https://id.pinterest.com/pin/4151824651246747/


“Alhamdulillah. Tadi mereka datang untuk sampaikan niat baik. Yaaa Bapak bersyukur akhirnya waktunya datang juga.”

Aku diam menatap film yang masih terputar di hadapanku namun tak lagi kusimak dengan baik. Di kepalaku terputar simpul senyum bahagia wajah Bapak, dan kusutnya hatiku yang tengah bergulat. Tidak ada satu kata pun yang bisa aku lepaskan, semua tercekat di kerongkongan. Berat rasanya harus menyaksikan diri ini menghancurkan harapan dan kebahagiaannya.

Kenapa kebahagiaan yang ia semogakan justru menjadi sesuatu yang berat untuk kutunaikan.

“Pah, kenapa diterima tanpa tanya sama dia dulu? Ini pernikahan, Pah, bukan keputusan buat beli makanan. Dia perempuan, dia berhak menentukan menerima atau tidak, dia yang akan jalani hidup itu ke depannya.”

Tangisku pecah. Aku bangkit meninggalkan ruang tengah, membiarkan film tetap terputar. Tidak sanggup melihat perubahan raut wajah bahagianya menjadi mendung hitam yang suram.


*  *  *  *  *

Potongan peristiwa 10 tahun silam tiba-tiba kembali terputar dalam memoriku. Kali ini jauh lebih berat. Sebab 10 tahun berlalu, dan aku tidak juga mampu menghadirkan kebahagiaan itu di hadapannya.

“Kak, kenalan dulu saja ya. Mereka sudah menunggu sejak sebulan yang lalu. Semoga niat baiknya bisa tersampaikan.”

*  *  *  *  *

Hari ini aku sadar, ada yang lebih berat dari sekadar kata menerima atau tidak, yaitu mengetahui bahwa ini bukan hanya bagian dari hidupku, melainkan harapan terbesarnya yang lama beliau simpan.

Ya Rabb, semoga beliau tidak tahu lebih dulu. Semoga kali ini keinginan kami berjalan pada garis yang sama. Semoga kali ini tidak ada harapan yang gagal kutunaikan, dan semoga tidak menjadi luka yang sulit untuk aku sembuhkan.

Di perjalananku yang jauh, raut wajah tuanya kembali terbayang. Tuhan, izinkan aku berbakti dengan hati yang lapang dan bahagia. Di waktu yang tepat, bukan di waktu yang berat.

_ _ _

Sepotong skenario Tuhan sebelum kepergianmu
Januari 2024


https://id.pinterest.com/pin/6825836928525541/


Bukankah pagi terlalu indah untuk dilalui di balik meja kerja kantor setiap harinya?

Bukankah pagi terlalu indah untuk dikurung di balik selimut tebal?

Aku ingin seperti burung kecil beterbangan, hinggap di mana ia ingin. Aku ingin seperti burung kecil yang berlarian tertawa menghindari tangan-tangan manusia jahil yang berusaha merebut kebebasannya.

Aku ingin menjadi burung kecil yang terbang bersama sahabat-sahabatnya sembari menertawakan manusia yang berusaha meraih apa yang pada akhirnya tak mampu ia jaga dengan baik.

Aku tidak ingin menjadi bunga, yang terlelap dan bangun di tempat yang selalu sama setiap harinya. Bunga yang membuat hati setiap manusia bahagia melihatnya, lalu kebahagiaan yang bercampur keserakahan membuat mereka ingin memetik dan membiarkannya layu.

Aku tak ingin jadi bunga yang dipetik, menjadi ungkapan cinta, sementara bunga itu sendiri berakhir layu tanpa pernah merasa apa itu bahagia.

Aku ingin menjadi burung yang bebas. Terbang. Tersenyum pada matahari, berterima kasih atas hari yang baru.

Aku ingin menjadi burung yang terbang bebas, hinggap di sebuah taman, menyapa dan menguatkan bunga yang masih tegak berdiri pada takdirnya.

Aku ingin menjadi burung yang berteduh kala hujan. Menikmati gemericik air, menghindari petir, demi untuk terbang sekali lagi esok hari.


Catatan peninggalan Januari 2019

https://id.pinterest.com/pin/11118330324173975/


Berjalan sendiri bukan hanya tentang bagaimana kamu berani berada di kerumunan seorang diri. Bukan hanya tentang sebuah meja dan secangkir kopi di pojok kafe dengan buku apa adanya.

Tapi lebih kepada bagaimana kamu bisa selalu hadir sebagai dirimu di dalam kondisi apa pun. Bagaimana kamu bisa menuntun dirimu untuk senantiasa waras diri dalam keadaan apa pun.

Bagi kita yang diserang luka masa kecil, pastilah tidak mudah perjalanan menemukan diri sendiri. Harus siap berulang kali kehilangan orang yang kita cintai, yang kita inginkan, untuk menemukan diri kita sendiri.

Manusia dan Badainya. Aku suka sekali judul buku itu. Persis menceritakan bagaimana kita semua dihadapkan pada problematika yang luar biasa hingga sampai di titik ini.

Perjalananku terasa baru akan dimulai, di hari ini. Hari di mana aku menemukan sekeping diriku yang lain.

Aku adalah sekumpulan puzzle yang berserakan di mana-mana, yang sedang kucoba untuk mengutuhkannya kembali. Memungut satu per satu luka-lukaku, kemudian menyusunnya menjadi diriku yang baru.

Ya Rabb, bimbinglah hamba-Mu dalam pencarian ini. Semoga muaraku utuh menuju pada-Mu.


Judul Buku: Teruslah Bodoh Jangan Pintar
Pengarang: Tere Liye
ISBN: 9786238882205
Ukuran: 20 cm
Halaman: 371 hlm
Harga: Rp. 99.000
Tahun Terbit: 28 Jan 2024
Penerbit: SABAKGRIP

Saat hukum dan kekuasaan dipegang oleh serigala-serigala berbulu domba. Saat seluruh negeri dikangkangi orang-orang jualan sok sederhana tapi sejatinya serakah. Apakah kalian akan tutup mata, tutup mulut, tidak peduli dengan apa yang terjadi? Apa kalian akan mengepalkan tangan ke udara, LAWAN!

Siapa yang tidak mengenal Tere Liye? Penulis deretan novel bestseller Indonesia dengan berbagai genre. Kali ini kembali dengan genre politik yang berhasil mengaduk emosi pembaca melalui alur cerita maju-mundur. Perjuangan aktivis, jurnalis, dan para korban keserakahan rezim dan pengusaha dalam mengangkangi aset negara. Menindas rakyat dan berlaku sok bijaksana dalam pemerintahan.

Bermula dari tongkrongan warung kopi yang kemudian berhasil memperjuangkan upaya perlawanan dalam sidang tertutup di ruang 3x6 meter. Pemilihan tujuh orang komite independen yang bertugas menguak sisi eksklusif sekaligus kelamnya dunia pertambangan. Tiga orang komite pilihan terdakwa, tiga lainnya adalah pilihan pendakwa, siapakah satu pemimpin komite berikutnya? Sidang demi sidang yang mendatangkan saksi dari berbagai latar belakang kehidupan.

Apakah kita masih boleh percaya pada negeri ini? Apakah kita masih boleh percaya pada putusan penguasa berjubah dengan sumpah profesi? Apakah masih ada celah untuk mencintai negeri ini satu kali lagi?

Dari novel ini saya belajar memahami politik dari kacamata fiksi. Melihat sudut pandang kepentingan para pengusaha sampai rezim penguasa. Dalam novel ini saya belajar bahwa sejatinya sebuah perjuangan bukan semata tentang hasil, melainkan bagaimana menjadi terhormat atas pilihan hidup yang kita ambil.

Nice to read, terutama bagi kita yang ingin memahami politik dengan cara yang sederhana dan seru.







Ayah suka 10 Dzulhijjah, entah karena tugasnya menyembelih kurban atau justru karena kepala kambing yang selalu dibawa pulang. Entahlah, aku tidak banyak tahu tentang itu. Seperti tulisan ini yang sebenarnya ingin kutulis lebih romantis. Ayah dan warna favoritnya, ayah dan langit yang paling disukainya. Tapi aku hanya anak perempuan yang gagal mengetahui hal-hal kecil tentangmu. Bukankah kita pernah lama asing lalu kemudian bertemu kembali.


Aku tidak tahu kapan pertama kali kau jatuh cinta. Apa yang meyakinkanmu memilih untuk menikah. Dan apa yang paling kau cintai dari ibu. Aku tidak tahu apa yang pernah mengganggu tidurmu, apakah berpisah denganku dulu pernah begitu kau sesali, atau bagaimana bahagianya saat kuputuskan tinggal denganmu beberapa tahun yang lalu.


Ternyata banyak cinta yang besar di dunia ini yang tumbuh tanpa banyak kata-kata, tanpa banyak bicara, tanpa banyak komunikasi. Dia tumbuh perlahan dalam diam dengan penuh kesungguhan.


Someone said, sebenarnya orang-orang yang kita cintai itu tidak pernah benar-benar pergi. Mereka masih hidup dalam diri kita, lewat doa-doa yang pernah memudahkan langkah kita. Lewat kata-kata yang akhirnya menguatkan kita. Dan lewat banyak cinta yang menemani kita tumbuh dan menjadi hari ini.


Tapi aku bingung, setiap kali aku mengingatmu. Bisa jadi karena aku sedih tapi aku tak punya banyak hal untuk diingat sebab kenangan kita memang tak banyak. Aku tak ingat pernah ada pelukan, tak pernah saling rangkul. Atau mungkin aku hanya lupa, sebab aku masih terlalu kecil saat kita masih hangat-hangatnya.


Tapi nyatanya sedikit kenangan itu tetap meyakinkan aku bahwa kau yang paling cinta aku di dunia. Lewat salahku yang kau terima, lewat marahmu yang tak pernah tertuju padaku, lewat lisan yang lain tentang bagaimana kau bangga padaku.


Hari ini kunyalakan lilin kecil dalam hati untuk mengingatmu.




Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

ABOUT ME

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Manusia dan Badainya
  • Proses Pembentukan Hujan, Luka dan Airmata
  • Journal Diri 1
  • Funiculi Funicula “Kisah-Kisah yang Baru Terungkap”
  • Sebelum Hari Ibu Berakhir
  • Le Petit Prince (Buku Terjemahan)
  • Kisah Baper Nabi Ibrahim yang Meninggalkan Istri dan Bayinya
  • Untukmu yang Merasa Diabaikan
  • JANJI, Karya TERE LIYE
  • Funiculi Funicula “Before The Coffee Gets Cold”

Tayangan Halaman

Categories

  • Books and Movies 11
  • Cerpen 6
  • Journal 16
  • KATA KATA 1
  • Kisah Para Nabi 4
  • Mentalhealt 7
  • Perjalanan 1
  • Prosa/Puisi 17
  • Ruang Makna 9
  • Sudut Pandang 2

Advertisement

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

  • Mei 2025 (1)
  • Februari 2025 (1)
  • Desember 2024 (3)
  • November 2024 (2)
  • Oktober 2024 (1)
  • September 2024 (11)
  • Agustus 2024 (14)
  • Juni 2024 (1)
  • November 2021 (1)
  • April 2020 (7)

Label

  • Books and Movies
  • Cerpen
  • Journal
  • KATA KATA
  • Kisah Para Nabi
  • Mentalhealt
  • Perjalanan
  • Prosa/Puisi
  • Ruang Makna
  • Sudut Pandang

Laporkan Penyalahgunaan

Cerpen

Proses Pembentukan Hujan, Luka dan Airmata

Evaporasi Segala yang berawal dari hal-hal kecil yang berhasil menyentuh inti hatimu. Seperti matahari yang memanaskan airlaut, beberapa ...


Copyright © Catatan Selepas Hujan. Designed by OddThemes