Catatan Selepas Hujan
  • Perjalanan
  • Cerpen
  • Prosa/Puisi
  • Journal
  • Books and Movies
  • Ruang Makna



BUKU: IBRAHIM Manusia Paling Mesra dengan Tuhannya

Karya: Ust. Salim A. Fillah

Episode 2: Kapak Kecerdasan Pemegang Berhala


Nabi Nuh adalah nabi pertama yang menghadapi kaum yang menyembah berhala. Dahulu, ada sekelompok orang saleh yang berkumpul dan berbincang. Mereka adalah Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr. Setelah mereka wafat, untuk mengenang mereka, dibuatlah patung-patung mereka. Berawal dari kenangan tersebut, lama-kelamaan masyarakat mulai meyakini bahwa mereka adalah orang-orang yang dekat dengan Tuhan, dan dengan begitu, mereka bisa menjadi perantara dalam meminta hajat kepada Allah. Lalu, mereka mulai memuja dan menyembah patung-patung tersebut sebagai perantara kepada Allah. Seiring berjalannya waktu dan ilmu semakin menghilang, mereka kemudian menyembah patung-patung itu. Tradisi menjadi satu-satunya hujah bagi mereka dalam menyembah berhala.


Kemudian, Nabi Ibrahim menyampaikan kepada kaumnya bahwa apa yang mereka dan nenek moyang mereka lakukan adalah kesesatan. Sesungguhnya, yang harus mereka sembah adalah Rabb yang menciptakan dan memelihara seluruh alam semesta ini. Jika kita menyembah patung, bukankah patung itu terbuat dari batu, yang hanyalah bagian kecil dari unsur yang ada di bumi? Bukankah ada yang menciptakan batu ini? Begitu pula langit tempat bumi beredar dan planet lainnya, semuanya diciptakan oleh-Nya. Itulah Rabb semesta alam. Namun, alih-alih menerima, kaum yang merasa tergores egonya malah marah dan tidak terima dengan perkataan tersebut.


Nabi Ibrahim pun menanti saat yang tepat. Saat itu akhirnya datang pada hari perayaan festival, di mana seluruh masyarakat turun ke jalan. Di sinilah Ibrahim “berbohong,” seperti yang disabdakan Rasulullah SAW: “Beliau berbohong tiga kali selama hidupnya.” Namun, bohongnya ini dalam rangka mengagungkan Allah. Dan meskipun beliau sangat malu kepada Allah pada hari kiamat, bohong ini memiliki tujuan mulia.


Ibrahim berkata bahwa dirinya “akan” sakit jika ikut serta, jadi beliau memilih untuk tetap berada di kota dan melaksanakan rencananya. Setelah kaumnya pergi, Ibrahim segera mengambil kapaknya dan menuju altar suci tempat berhala biasa disembah. Di sana terdapat sesajian untuk berhala. Ibrahim menghancurkan berhala-berhala tersebut satu per satu, namun beliau menyisakan satu yang paling besar.


Ketika mereka kembali, mereka geram dan satu-satunya tersangka adalah Ibrahim. “Wahai Ibrahim, apakah kamu yang menghancurkan sesembahan kami?” tanya mereka. Ibrahim menjawab, “Lho, bukankah yang menghancurkannya adalah patung yang paling besar? Lihat, kapak saya ada dalam genggamannya. Tanyakan saja padanya, kalau dia bisa bicara.” Kaum tersebut terdiam dan tidak mampu melawan argumen Nabi Ibrahim. Karena akal mereka tidak sampai untuk membantah, mereka pun melakukan kekerasan fisik dengan membakar tubuh Ibrahim.


Dikisahkan, Nabi Ibrahim berada dalam kobaran api selama 40-50 hari. Dalam keadaan tersebut, Nabi Ibrahim memohon pertolongan kepada Dzat yang Agung.


“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang bertauhid kepada-Mu, menyembah Engkau, dan mengagungkan Engkau. Sementara mereka adalah orang-orang yang kufur kepada-Mu dan berupaya menghancurkan aku.”


“Hasbunallah wa ni’mal wakil” (Cukuplah Allah bagiku, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung dan penolong). Maka, Ibrahim memandang ke langit, menghadap ke atas, memohon pertolongan Allah. Kemudian, dengan ke-Esa-an Allah, api yang panas itu berubah menjadi dingin. Namun, bukan hanya dingin, karena dingin pun bisa membinasakan Ibrahim. Allah pun memerintahkan api, “Wa salaman ‘ala Ibrahim” (salam sejahtera atas Ibrahim). Maka, api itu menjadi pelindung bagi Ibrahim. Bahkan, Nabi Ibrahim mengatakan, “Hidup dalam api itu, atas pertolongan Allah, dijadikan dingin dan keselamatan atasku adalah kehidupan yang paling indah sepanjang hidupku.”


Serangkaian dakwah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dengan menghancurkan patung dan mendebat kaumnya tentang keyakinan yang keliru adalah salah satu metode dakwah yang dianugerahkan Allah kepada Ibrahim. Namun, hal ini berbeda dengan yang Allah kehendaki terhadap Rasulullah SAW. Selama 13 tahun, Rasulullah mendakwahkan tauhid dengan pendekatan yang penuh kesabaran, membaca Al-Qur’an, dan mengajak manusia ke jalan Allah di dekat Ka’bah, di mana terdapat 360 berhala, namun beliau tidak pernah menyentuh satu pun.


Ini adalah hikmah Nabawiyah dan Risalah. Dari kisah Nabi Ibrahim, kita memahami bahwa yang perlu diubah bukan hanya keadaan fisik, tetapi juga keyakinan di dalam hati dan pemahaman di akal. Jika hanya akal yang didebat, maka kaumnya tetap melakukan perlawanan. Sementara Rasulullah mendakwahkan tauhid dengan pendekatan hikmah dan mau’idhah hasanah, penuh kesabaran dan kesantunan. Beliau membiarkan berhala itu tetap ada, dan kelak berhala itu akan dihancurkan oleh tangan-tangan mereka sendiri, tangan yang pernah mengoleskan minyak wangi dan mempersembahkan sesajen. Karena ketika hati terbuka dan menerima hidayah Allah serta pikiran dipahamkan, mereka akan menolak keyakinan mereka sebelumnya tentang berhala tersebut.


BUKU: IBRAHIM Manusia Paling Mesra dengan Tuhannya

Karya: Ust. Salim A. Fillah


Episode 1: Sang Hanif dan Ayahnya

Dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim bukanlah bangsa Arab, melainkan bangsa Semit, keturunan Sam Bin Nuh, yang hidup di zaman lebih awal dibandingkan dengan bangsa Arab. Sementara itu, Nabi Ismail, putra Nabi Ibrahim dan Hajar, berasal dari Mesir. Rasulullah, yang merupakan keturunan Nabi Ibrahim dari suku Quraisy, adalah Arab Musta’ribah—mendapatkan darah Arab dari garis ibunya, yaitu istri Nabi Ismail yang berasal dari bangsa Jurhum.

Nabi Ibrahim dikaruniai oleh Allah kesadaran akan fitrahnya—fitrah Tauhid dan fitrah Islam—dalam bentuk Mu’ahadah, perjanjian antara dirinya dengan Allah, serta jalan yang lurus. Sejak kecil, beliau sudah memahami hakikat kehidupannya sebagai seorang hamba yang hanya menyembah kepada Allah.

Dalam Al-Qur’an, disebutkan bahwa ayah beliau adalah Azar. Azar ini memiliki dua pemahaman. Ibnu Abbas RA, yang dikutip oleh Imam Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’an al-Azhim, meriwayatkan bahwa Azar adalah gelar bagi Tarikh, ayahanda Nabi Ibrahim. Namun, pendapat lain yang menarik datang dari Imam as-Suyuthi dan beberapa ulama lainnya, yang menyatakan bahwa Azar bukanlah ayah kandung Ibrahim, melainkan pamannya yang mengasuhnya sejak kecil setelah Tarikh meninggal ketika Ibrahim masih balita.

Dalam surah Maryam ayat 42-48, terdapat dialog antara Nabi Ibrahim dan ayahnya, di mana beliau menasehati ayahnya untuk meninggalkan berhala dan menyembah Allah. Namun, ayahnya malah mengusir Ibrahim. Meski demikian, Nabi Ibrahim tetap mendoakan kebaikan untuk ayahnya. Sayangnya, sampai akhir hayat, sebagaimana paman Rasulullah, ayah Nabi Ibrahim juga meninggal dalam keadaan kafir, sehingga keduanya masuk ke dalam Neraka. Betapa pun sedihnya mereka karena tidak dapat membantu orang yang mereka cintai untuk masuk ke Surga, Allah telah menyampaikan bahwa hidayah adalah mutlak hak Allah. Hanya Allah yang berhak memberikan hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki.




Novel “Sendiri” karya Tere Liye

“Lagi-lagi tentang kehilangan. Kapan kalian mau belajar dengan mudah menerima kehilangan itu?”

“Kau tahu, Bambang, di negeri ini juga ada seseorang yang kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Dia hanya sibuk mengurus rasa sakit di hatinya, sibuk membahas kehilangannya, tapi tidak pernah menyadari bahwa dia telah menyebabkan jutaan makhluk lain kehilangan gara-gara dia.”

Bambang, seorang lelaki berusia 70 tahun, kehilangan belahan jiwanya. Awalnya, saya sempat berpikir, apa istimewanya kisah seorang pria 70 tahun yang kehilangan pasangan hidup? Bukankah itu hal yang lumrah? Secara logika, kehilangan pasangan hidup di usia senja adalah sesuatu yang wajar. Tidak ada yang istimewa untuk diceritakan. Namun, ini Tere Liye. Dia selalu memiliki cara unik untuk menghadirkan cerita yang berbeda dan istimewa.

Susi, istrinya, adalah wanita paling sempurna di semesta. Kebaikan hati dan ketulusannya membuatnya dicintai oleh semua orang—keluarga, kerabat, murid-muridnya, bahkan hewan dan tumbuh-tumbuhan. Semua merasakan kehilangan yang mendalam ketika dia pergi.

Kehilangan memang tidak memandang usia atau pemakluman. Rasa sakit karena kehilangan mampu mengubah seorang kesatria menjadi monster yang paling menakutkan, begitu pula sebaliknya.

Lantas, bagaimana jika ada mesin waktu yang dapat membawa kita kembali ke masa lalu? Mengulang pertemuan itu, menemaninya sekali lagi, mencintainya dengan cinta yang lebih sempurna. Jika kita bisa memperbaiki banyak hal, apakah kita tidak akan kehilangan lagi? Ataukah kehilangan itu akan tetap ada, hanya dalam wujud yang berbeda, mungkin lebih menyenangkan?

Apakah ada kehilangan yang belum mampu kamu relakan? Jika iya, maka buku ini bisa menjadi sahabat terbaik untuk membantu hatimu berdamai dengan rasa itu.

Balikpapan, 25 September 2024

https://pin.it/1vH22xRIy


Mereka yang berpikir untuk mengakhiri hidupnya sebenarnya gak ingin mati, mereka hanya gak tau gimana cara melanjutkannya, mereka hanya gak tau bagaimana lagi cara terbaik buat bertahan.

Tapi kalau kamu pernah berpikir seperti itu, aku pengen kamu baca ini.


Ada anak kecil yang tinggal dipedalaman dan harus berjalan kaki melalui jalanan rusak bahkan menyebrangi sungai setiap pagi buta demi agar sampai ke sekolah, kemudian dimasa depan dia berhasil menjadi seorang Dokter.


Ada orang yang sejak kecil direnggut mimpinya oleh orang tuanya, oleh kemiskinan, oleh gurunya. Tapi pada akhirnya dia menemukan jalan hidup yang jauh lebih menyenangkan dari mimpi yang pernah ia bangun.


Ada gadis kecil yang direnggut hidupnya oleh orang tuanya, oleh kekasihnya, oleh orang yang bahkan sangat ia percaya. Namun akhirnya di masa depan Tuhan mengirimkan seorang pendamping hidup yang sangat mencintai dan mampu menjaganya.


Ada yang baru menemukan dirinya diusia 30an. Ada yang baru menggapai karier impian diusia 40an. Ada yang berkali-kali gagal dalam bisnis dan berutang milyaran rupiah kemudian diselamatkan lewat jalan istighfar dan sedekah.


Kita semua punya gores luka dimasa lalu. Banyak kita yang bersusah payah berdarah-darah berusaha bangkit dari keterpurukan. Banyak yang melanjutkan hidup tanpa pernah tau untuk apa.


Maka untuk hal sekecil apapun bertahanlah. 


Bertahanlah sebab kita punya Tuhan yang akan selalu ada. Kita punya Tuhan yang akan melindungi kita. Mungkin sulit memahaminya hari ini. Namun percayalah, tidak ada malam yang pada akhirnya tidak disapa hangat matahari. Tidak ada badai yang berlangsung tanpa henti, kita hanya perlu bersabar meski tak tau dengan cara apalagi. Tapi Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.


Percayalah bahwa hal baik akan datang, bila tidak hari ini maka esok. Jangan menyerah sebab kita belum sampai. Semoga sedikit lagi.


Pluvilyu | Balikpapan, 10 September 2024

https://pin.it/3eoRCcXfM


Bila hidup ini terlampau rumit, mari menjadi bilangan sederhana yang saling menggenapkan. Seberapapun sulit dan jauhnya, kau satu-satunya yang paling dekat dalam doa. 


Entah setahun yang lalu, atau lima tahun yang lalu. Semoga bertahun-tahun mendatang hanya kamu, bukan yang lainnya. Semoga bertahun mendatang kaulah yang paling dekat dalam wujud dan jiwa. Sebuah nama yang ribuan tahun silam tertulis dan abadi, semoga itu engkau. Tak peduli berapa kali kita bertemu - berpisah - menjauh - dan dekat, asalkan pada akhirnya kaulah tujuan dari panjang perjalanan pencarian ini. 

Meski pada perjalanannya nanti tak mudah, namun bersamamu aku percaya, segala akan berjalan menyenangkan. Seberapapun sulitnya, mari saling genggam dengan erat, menatap dengan penuh yakin. Bahwa berdua, kita akan mampu. Meski tak kuat melawan badai, tapi kita akan menikmati gelombangnya tanpa pernah berpikir untuk saling melepaskan.

Aku hanya ingin bersamamu dari sekian banyak pilihan yang hadir di hadapanku. Aku ingin kamu yang menemani musim-musim dalam kehidupanku. Aku ingin mencintaimu bukan hanya disaat aku bisa bahagia dan tertawa bersamamu, tapi juga dalam keadaan yang paling tidak menyenangkan dalam hidup kita, aku hanya ingin melaluinya bersamamu. 


Aku akan bersamamu dalam keadaaan paling bahagia, atau paling marah. Aku akan bersamamu dalam tawa paling meriah, bahkan pada rasa paling kecewa. Melewati berbagai macam emosi yang akan memeluk kita di suatu hari nanti. 


Ijinkan doa-doaku menjadi tempat pulang paling tenang dari segala buruk - jahat dunia. Dan jadilah peluk paling menenangkan, meski berkali saling gaduh dalam prasangka. Denganmu semoga segala di permudah, semoga segalanya berwujud aamiin yang satu. Doa-doa memeluk kita setiap waktu, dan Tuhan senantiasa menjadi arah kita menuju.


Pluvilyu | Balikpapan, 8 September 2024


*Tulisan ini adalah bingkisan sederhana untuk seorang sahabat yang merayakan ulang tahun pernikahannya

https://pin.it/3hePWv1F6


Untukmu yang merasa diabaikan, yang hadirnya tak pernah dipertimbangkan 

Mari duduk sebentar, aku punya satu ruang untukmu bercerita. Kau bebas mengatakan, apapun yang jahat mengganggu tenangmu berlarut-larut. Bukankah kau sudah berusaha dengan sungguh, kau sudah mencoba memahami seluruh dunia dengan utuh. Mengalah berkali-kali menahan amarah, tapi pada akhirnya tetap bukan kau pemenangnya. Apakah kini dunia terlihat begitu jahatnya?

Mari duduk sebentar, ruang kecilku mungkin tak seberapa. Tapi mari berbagi cerita. Tentang segala beban yang ditaruh di pundak tanpa bertanya. Tentang sebuah patah hati yang selalu memilihmu tanpa sempat memberi banyak senang. Tentang ucapan menyakitkan yang tak pernah hatimu diperhitungkan. Kau memang tak pernah istimewa. Bukankah begitu rasanya?

Hari ini, peluklah dirimu sendiri. Pada malam panjang sendirian, dimana tak ada kata yang mampu mewakilkan semua rasa sakit yang sudah terlalu lama kau bawa dalam perjalanan. Berhentilah dulu, lihat dirimu di cermin itu. Betapa sesungguhnya kau sangat istimewa. Namun bagaimana kau bisa melihatnya bila kau terlampau sibuk membahagiakan hati yang lain. Terlampau berusaha menjadi yang paling memahami, tapi tak kau sisakan ruang untuk dirimu sendiri di pahami.

Maka peluklah dirimu hari ini, katakan terima kasih. Untuk kuatnya yang tak pernah sudah, untuk yakinnya yang tak pernah mengenal ragu, untuk segala usaha yang bertaut satu persatu sampai utuh. Lihat kau sudah sejauh ini, kau sudah sehebat ini. Kau sudah berhasil menang dari dirimu yang kemarin kau anggap lemah, kau sudah berdiri kokoh begitu gagah menghadapi segala.

Bahkan Tuhanmu tersenyum setiap kali kau bersimpuh menangis berkata tak sanggup. Padahal Tuhan tau takkan meletakkan beban yang kau tak mampu. Tuhan tersenyum setiap kali kau ucap lelah, kemudian esoknya kau kembali bangkit dengan segera. Lihat betapa sayangnya Tuhan padamu. Segala sakit berhasil kau terima, duka dan lelah kau nikmati tanpa sudah. Lihat kau sudah sejauh ini.

Jadi, siapa kini yang istimewa? Bukankah itu Kau? 

Pluvilyu | Balikpapan, 05 September 2024

*untuk seluruh sahabatku yang pernah berbagi cerita, kalian semua istimewa*



Dulu aku selalu memimpikan sebuah rumah di tepi pantai, setiap pagi akan kudengarkan debur ombak dan angin yang saling bersautan


Tapi kini tidak lagi. Kini yang aku impikan adalah sebuah rumah di mana ada kamu di dalamnya. Dengan banyak cinta dan kasih sayang, doa-doa saling memeluk menyebut aamiin beriringan


Untuk sekali ini, semoga Tuhan mengijinkan aku memenangkan perasaan ini, untuk sekali ini saja aku ingin berjuang tanpa harus menyerah. Dicintai oleh seseorang yang aku cinta, melanjutkan kisah dengan saling memiliki. 


Pluvilyu | Jakarta, 7 Januari 2024







“Kisah ke-29 akan aku simpan ditangan takdir. Semoga kelak mempertemukan kita kembali.” 


Katakan, dengan apa aku sebaiknya menyebutmu. Agar kau tahu bahwa ini tentangmu, atau justru kau tak perlu tahu, sebab segala yang masih samar hanya nyata dalam wujud doa.

Kau adalah yang jauh tetapi berhasil menjadi yang paling dekat. Adalah segala yang tak pernah aku perkirakan sebelumnya. Kau datang dengan cara yang tak biasa, mematahkan banyak asumsi di kepalaku perihal kisah. Kau punya caramu sendiri untuk sampai. Perlahan namun pasti, segala yang ada di hatiku kini utuh menyebut namamu.

Aku pikir kita tidak akan pernah bertemu lagi, seperti kisah ke-29 yang pernah aku lupakan. Kemudian, pada suatu malam, ia datang mengingatkan bahwa ada sepotong takdir yang belum selesai. Kita belum pernah memulai apa-apa. Kita belum pernah menyimpan kata-kata. Kita hanya sepasang takdir yang dipertemukan lewat sebaris tulisan, yang bahkan tak pernah kuperkirakan akan sampai di hati yang mana.

Banyak yang ingin kutanyakan, perihal ingatan pada pertemuan pertama itu. Apakah aku pernah menjadi rencana dalam cerita-ceritamu? Tentang bagaimana kisah ini tertulis dalam kepalamu. Apakah kau punya versi yang lebih baik dari aku? Atau justru kau akan menolak menjadi peran utama dalam tulisan ini?

Aku pikir kau hanya hadir bagai sebuah basa-basi yang tak akan menagih apa pun setelahnya, sampai pada sebuah pertemuan yang gagal kita tunaikan. Terpilin kata sepakat bahwa “harus bertemu nanti.” Apakah kau pernah merencanakannya? Atau sama sepertiku, kau pun tak pernah mengira bahwa hari itu akan datang?

Banyak yang ingin kuceritakan. Tentang caramu mendobrak pertahananku. Tentang sepasang jiwa yang memiliki banyak kesamaan, atau tentang berapa banyak hal yang sangat ingin kulakukan bersamamu nanti. Ah, perempuan ini, dia punya banyak sekali rencana. Padahal kita belum pernah sepakat tentang apa pun. Bahkan untuk satu kali pertemuan lagi, sungguh hanya Tuhan yang tahu.

Tapi biarlah ini menjadi rahasia semesta. Kelak bila kau datang lagi, maukah kau menjadi kisah ke-29 yang pernah kutitipkan pada takdir, kemudian kembali untuk menggenapkan?

Pluvilyu | Balikpapan, 02 September 2024



Semakin bertambah usiamu nanti, kau akan memahami bahwa yang kau butuhkan bukan lagi seseorang yang mampu membuatmu jatuh cinta sampai tergila-gila, melainkan dia yang mampu membuatmu merasa aman, tenang, meski tak banyak kata-kata manis yang disuarakan olehnya.

Semakin bertambah usiamu nanti, kau akan semakin memahami bahwa, romansa cinta bukan hanya tentang rindu yang menggebu, melainkan ketaatan untuk tetap berada di koridor yang benar. Cinta yang tidak menghamba pada manusia, dan kau tak perlu mengkhianati Tuhanmu. Itu jauh lebih menenangkan.

Bahkan bila kau tak pernah tahu apakah perasaan itu akan berlabuh dengan indah, seperti sebuah kapal yang akhirnya tahu harus ke mana karena kemudi telah berada di genggaman orang yang tepat.

Kau tahu kau tak harus begitu khawatir perihal itu, sebab yang kau semogakan adalah seseorang yang hatinya ada dalam genggaman-Nya. Maka, bila Sang Pemilik lautan berkehendak, dari arah mana pun angin akan membawanya bersandar tepat di hadapanmu.

Sampai waktunya tiba, bekali diri dengan banyak ilmu dan doa. Cukup satu peta untuk berlayar bersama, tetapi dengan orang yang tepat kau akan menikmati perjalanan dengan menyenangkan. Meski ombaknya besar, cukup pastikan bekalmu cukup dan kau siap untuk terus melanjutkan perjalanan.

Pluvilyu | Balikpapan, 18 Juni 2024

 



Bila ada novel yang sangat ingin saya rekomendasikan kepada seluruh pembaca, maka Novel JANJI karya Tere liye ini akan menduduki posisi pertama. Bermula dari kenakalan sekelompok remaja di pesantren yang menerima hukuman dari Buya. Kemudian mengantar pembaca pada pencarian seorang mantan murid Buya yang menghilang sejak empat puluh tahun yang lalu.

Petualangan dimulai. Tiga remaja badung dengan karakteristik masing-masing menjalani pencarian dengan insting kenakalan mereka. Bagai menjelajahi mesin waktu, ketiga remaja ini mengupas satu demi satu fase kehidupan Bahar. Berpindah dari satu kisah ke kisah lainnya, yang bukan hanya penuh petualangan namun juga berdarah-darah, dipenuhi kejahatan dan airmata.

Tereliye tidak pernah gagal dalam mengajak pembacanya untuk merenungi hidup dari kisah-kisah fiksi. Bahwa sejatinya hidup adalah tentang penerimaan. Bahar pergi membawa jauh penyesalan atas kematian seorang kawan. Penyesalan yang akhirnya menumbuhkan karakter lain dalam dirinya. Petualangan demi petualangan yang serupa balasan atas segala kekacauan yang pernah dilakukan di masa lalu. 

Apakah seorang seperti Bahar layak untuk menerima hidup yang baik? Apakah pantas untuk dikenang dan ditemukan? Apakah manusia sepertinya layak untuk sebuah kisah cinta yang indah? Lantas apa yang menjadi motif Buya sehingga merasa perlu untuk kembali menemukan seseorang yang memilih pergi empat puluh tahun yang lalu. 

Novel ini sungguh berhasil mempermainkan emosi pembaca, plot twist yang membuat pembaca berdecak kagum dan tuntas membuat siapapun harus meneteskan airmata. Penyesalan, janji dan keteguhan hati dalam memegang nilai-nilai kehidupan berhasil membawa pembaca menutup halaman terakhir dengan penuh pemahaman yang baik.

Good Job!!! Novel ini pantas menjadi karya terbaik Tereliye dari kategory novel stand alone lainnya.


Kisah-Kisah yang Baru Terungkap

Setiap orang memiliki masa lalu. Namun, tidak semua orang mampu menerima masa lalunya. Sebuah kedai kopi tua di gang kecil Tokyo masih sering dikunjungi oleh mereka yang ingin kembali ke masa lalu, mereka tahu tidak ada yang akan berubah, meskipun  mereka berhasil bertemu lagi dengan orang-orang yang mereka cintai.

Seorang gadis kecil berusia tujuh tahun menuangkan kopi.

“Ingat, kau harus kembali sebelum kopi itu dingin.”

Tidak ada yang pernah menjelaskan apa yang dimaksud dengan “dingin” dalam kalimat itu. Apakah ketika uapnya hilang? Ataukah dingin seperti air es? Mungkin ada yang berpikir bahwa suhu kopi harus lebih dingin daripada suhu kulit manusia. Begitulah yang terjadi pada Kaname. Mungkin ia mengira kopinya belum dingin, sehingga ia tidak menyadari bahwa waktunya untuk kembali dari masa lalu sudah habis. Waktu berlalu tanpa ia sadari. Kaname tidak pernah bisa kembali ke masa kini. Ia pergi, meninggalkan seorang anak berusia tujuh tahun yang akhirnya tumbuh besar dengan perasaan bersalah.

Namun, satu per satu dari mereka terus datang dan tetap ingin kembali ke masa lalu.

Buku kedua dari serial Funiculi Funicula ini sukses membuat saya meneteskan air mata. Buku yang bertema “Kisah-kisah yang Baru Terungkap” ini terasa ringan, namun sangat menyentuh hati. Memang, kenyataan tidak akan pernah berubah. Namun, ada hal yang lebih penting daripada sekadar mengubah kenyataan, yaitu mengubah cara pandang kita dalam menerima sesuatu yang pernah begitu sulit untuk sekedar dikenang.


@Pluvilyu | Balikpapan, 02 September 2024



Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

ABOUT ME

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Manusia dan Badainya
  • Proses Pembentukan Hujan, Luka dan Airmata
  • Journal Diri 1
  • Funiculi Funicula “Kisah-Kisah yang Baru Terungkap”
  • Sebelum Hari Ibu Berakhir
  • Le Petit Prince (Buku Terjemahan)
  • Kisah Baper Nabi Ibrahim yang Meninggalkan Istri dan Bayinya
  • Untukmu yang Merasa Diabaikan
  • JANJI, Karya TERE LIYE
  • Funiculi Funicula “Before The Coffee Gets Cold”

Tayangan Halaman

Categories

  • Books and Movies 11
  • Cerpen 6
  • Journal 16
  • KATA KATA 1
  • Kisah Para Nabi 4
  • Mentalhealt 7
  • Perjalanan 1
  • Prosa/Puisi 17
  • Ruang Makna 9
  • Sudut Pandang 2

Advertisement

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

  • Mei 2025 (1)
  • Februari 2025 (1)
  • Desember 2024 (3)
  • November 2024 (2)
  • Oktober 2024 (1)
  • September 2024 (11)
  • Agustus 2024 (14)
  • Juni 2024 (1)
  • November 2021 (1)
  • April 2020 (7)

Label

  • Books and Movies
  • Cerpen
  • Journal
  • KATA KATA
  • Kisah Para Nabi
  • Mentalhealt
  • Perjalanan
  • Prosa/Puisi
  • Ruang Makna
  • Sudut Pandang

Laporkan Penyalahgunaan

Cerpen

Proses Pembentukan Hujan, Luka dan Airmata

Evaporasi Segala yang berawal dari hal-hal kecil yang berhasil menyentuh inti hatimu. Seperti matahari yang memanaskan airlaut, beberapa ...


Copyright © Catatan Selepas Hujan. Designed by OddThemes